Rabu, 29 Desember 2010


TAHUN BARU MASEHI


Dalam beberapa hari ke depan, tahun 2010 akan segera berganti, dan tahun 2011 akan menjelang. Ini tahun baru Masehi, tentu saja, karena tahun baru Hijriyah telah terjadi satu pekan yang lalu. Bagi kita orang Islam, ada apa dengan tahun baru Masehi?

Sejarah Tahun Baru Masehi

Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.

Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.

Perayaan Tahun Baru

Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.

Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.

Perayaan Tahun Baru Zaman Dulu

Seperti kita ketahu, tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan merekayang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa LemanjaDewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.

Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year's Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan "Selamat Tahun Baru" dan menyanyikan Auld Lang Syne.Di negara-negara lain, termasuk Indonesia? Sama saja!

Bagi kita, orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu saja akan semakin ikut andil

dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam yang hebat. Sementara beberapa pekan yang lalu, kita semua sudah melewati tahun baru Muharram, dengan sepi tanpa gemuruh apapun.

Dari : eramuslim.com

Selasa, 14 Desember 2010


KESETIA'AN SEJATI

Kuberjalan tanpa alasan,kutuju pantai duka cita, sa'at kusampai senja muulai menebarkan jubah hitamnya dan kurasakan sebuah penciptaan atas kesetiaan abadi, kulihat betapa ombak tidak pernah berhenti mengecupi kening pantai kekasihnya dan ketika kulihat betapa ombak pergi begitu saja ketengah laut setelah mencapai kening pantai dan kemudian datang ombak yang lain, tapi ternyata hanya ada satu ombak dan gerak ombak itu bukanlah suatu kepergian, melainkan sebuah proses kasih sayang sejati dan jika tak ada ombak tak ada keindahan disini, jika laut kering maka tak ada ombak karna ombak meninggalkan pantai begitu saja, itu penghianatan namanya, namun aku tidak demikian, aku masih punya rasa, aku masih punya cita dan aku masih dapat meneteskan air mata cinta yang kugali di kedalaman hati yang begitu deras mengalirkan kerinduan dan telah pula kerinduan membasahi ladang jiwaku, sehingga benih-benih kasih sayang yang aku sebarkan kini tumbuh dan berbunga, dan keindahan bunga itu tercipta dari lembar-lembar mahkota yang menuju kearah saling berlawanan, sama seperti keindahan hidup, tercipta dari lembar-lembar duka cita dan duka cita yang menuju arah saling berlawanan, maka jika engkau hanya berdiri di satu sisi sesungguhnya engkau bejalan dengan sangat kaku, larut dalam duka itu mati namanya, dan tenggelam dalam suka cita itu tidur dan mimpi, tapi aku tidak demikian, hingga sa'at ini aku masih merasakan betapa aroma kelembutan memenuhi ruang jantungku, betapa bait-bait senyumanmu bertebaran dilangit-langit pikiranku, bayangan dirimu bersenyawa dengan langit dan bintang-bintang, setiap sa'at luruh mengiringi nafasku yang terenyuh, maka jika ingin menikmati keindahan hidup yang sejati, setiap kita harus menjadi kekasih yang baik dan janganlah mencari kemenangan, sebab kemenangan dan kekalahan hanya terdapat pada mereka yang mengutamakan ego dan bukan hati dan fikiran, dan jika kemenangan itu harus ada, maka carilah kemenangan itu hanya jika menghadapi diri kita sendiri sebab dengan begitu kita akan terhindar dari kepongahan yang dapat menghancurkan.

Sabtu, 11 Desember 2010


Memahami Makna Jihad


Jihad, adalah kata yang sangat familiar dan sangat sering kita dengar dalam keseharian kita beberapa tahun terakhir ini.

Jihad identik sekali dengan segala hal yang berbau pertempuran, perjuangan sampai titik darah penghabisan, pengorbanan, martir, yang semuanya dalam rangka membela agama dan Fi Sabilillah.

Memang benar jika jihad seperti itu adanya, namun apakah jihad hanya untuk kata perang di jalan Allah saja? Atau kah Jihad mencakup banyak hal?

Sebelum kita masuk bahasan lebih jauh, kita harus memahami dengan baik apa itu Jihad sesuai dengan konteks syariat. Sehingga kita tidak salah mengartikannya atau memahaminya yang dengan tanpa sadar membuat kita keluar dari jihad yang dimaksudkan oleh syariat, dan dalam waktu sama, kita mendzalimi syariat itu sendiri.

PENGERTIAN JIHAD

@ Jihad, dalam arti bahasa adalah mengerahkan segenap kemampuan dan tenaga, serta bersungguh-sungguh dalam suatu usaha.

@ Dan dalam arti pemakaian umum yang kita kenal, adalah berperang melawan orang kafir dan membela diri dari serangan mereka baik dengan jiwa, harta, dan lisan. Dengan syarat-syarat tertentu.

@ Adapun secara syariat, jihad adalah usaha pencurahan segala upaya dalam rangka menegakkan kalimah Allah dan meninggikannya serta usaha membentuk komunitas Islami.

Dari definisi ini, maka semua usaha yang bertujuan menyemarakkan syi'ar islam adalah masuk kategori jihad fi sabilillah, seperti mencari ilmu, mengajar, menulis dan mengarang kitab, mendermakan harta, dan lain sebagainya. Serta tentu saja perang melawan orang kafir adalah bagian dari jihad di atas.

Pengertian ini tentu saja diambil dari teks-teks syariat baik dari Qur'an ataupun Sunnah yang berbicara soal jihad secara keseluruhan.

Dari sini, maka bisa difahami, bahwa Perang adalah hanya bagian kecil dari jihad. Tidak bisa kita lantas menyatakan bahwa setiap jihad adalah perang, dan benar jika kita mengatakan bahwa perang fi sabilillah itu jihad. Tidak sebaliknya.

Maka tentu saja jika mengartikan jihad hanyalah perang, itu sama saja dengan menyempitkan makna jihad sendiri yang sebenarnya luas.

TINGKATAN JIHAD

Kita tahu, bahwa islam tidak hanya mengatur ibadah fisik saja, tetapi ibadah hati yang harus selalu berhubung dengan ibadah fisik, di antaranya adalah niat dan keikhlasan.

Dari sini, Ulama' mengambil kesimpulan bahwa Jihad terbagi dalam beberapa tingkatan, tentu saja dengan berdasar atas dalil, tidak asal membuat peringkat.

@ Pertama, adalah jihad melawan nafsu, ini adalah jihad terbesar dan berlangsung seumur hidup sampai orang itu wafat. Berdasar atas hadits Nabi, (al-Mujahid man Jaahada nafsahu fi Dzatillah -- HR. Tirmidzy), mujahid adalah orang yang berjuang melawan nafsunya di jalan Allah.

@ Kedua, Jihad melawan setan, dan itu dengan menyingkirkan bisikan serta keraguan yang ditiupkan olehnya, dan hal-hal yang tak jelas halal haramnya, dan mengenyahkan serta melawan ajakan nafsu dan syahwat.

@ ketiga, Jihad melawan orang kafir dan munafik, membendung berbagai serangan mereka, baik fisik ataupun pemikiran.

@ keempat, jihad melawan orang-orang dzalim, orang-orang ahli bid'ah baik dengan tangan, lisan/tulisan, ataupun hati.

Nah, dikarenakan jihad melawan musuh islam itu adalah bagian dari pada jihad seseorang terhadap nafsunya di jalan Allah, maka jihad melawan nafsu didahulukan daripada jihad melawan musuh dan bahkan menjadi asal atau pokok daripada segala jihad.

Bukankah sebelum melawan musuh kita sendiri dituntut terlebih dahulu untuk menata hati dan meluruskan niat? Dan bukankah usaha ini sendiri membutuhkan perjuangan? Jihad? Hal yang tak satupun muslim mengingkarinya.

JIHAD PERANG, KAPAN DIBUTUHKAN?

Jihad perang fi sabilillah sendiri, sebenarnya tidak langsung dengan serta merta mengangkat senjata melawan orang kafir begitu saja. Pemahaman ini yang harus kita luruskan pada sebagian saudara muslim kita yang terlalu semangat.

Jihad perang, adalah hanya dibutuhkan saat kondisi dan situasi menuntut itu. Semisal ada serangan dari orang kafir, serangan itu lebih menyerang pada agama (bukan penjajahan atau perampasan wilayah, meski juga menuntut bela diri dan wajib).

Juga atas perintah daripada pemimpin tertinggi dari pemerintahan Islam (jika jihad itu berupa ekspansi, bukan bela diri). Jihad perang, tidak bisa dilaksanakan secara individual dan tanpa perintah.

Begitu pula target sasaran jihad perang, tidak semua orang kafir. Karena Islam secara jelas mengelompokkan mana orang kafir yang harus diserang, berhak diserang, dan mana yang tak boleh diserang. Pemukul rataan bahwa semua kafir harus diperangi adalah sebuah kesalahan dan justru keluar dari jihad tempur itu sendiri.

Pun sebenarnya, jihad perang bisa dilaksanakan setelah 2 opsi penawaran, pertama, opsi masuk islam. Kedua, opsi membayar jizyah, sebagai jaminan perlindungan dan keamanan bagi mereka jika menolak masuk islam. Dan ketiga, jika mereka menolak dua opsi ini, barulah jihad perang bisa dilaksanakan.

Pengklaiman Jihad namun tidak sesuai dan tak memenuhi syarat-syarat di atas, adalah sama sekali bukan jihad dan salah dari sudut pandang syariat. So, usahanya pun bisa-bisa tak berarti apa-apa, karena tidak memenuhi persyaratan. Wallahu a'lam.

Dan perlu kita ketahui dengan baik. Bahwa jihad perang yang tersebutkan dalam al-Qur'an, selalu digandengkan dengan kata "Fi Sabilillah". Sebagai petunjuk akan sucinya tujuan perang itu, dan ia sama sekali bukan untuk penjajahan atas sebuah wilayah, kekuasaan, ataupun bahkan meraih tawanan dan harta rampasan perang.

Dan sekali lagi, jihad perang adalah untuk membela diri, bukan untuk memaksa seseorang memeluk Islam. Karena Islam tidak menginginkan hanya fisik saja yang tunduk, tetapi juga hati yang takut namun dilingkupi oleh cinta dan kasih sayang.

DI ANTARA TARGET JIHAD

Sebenarnya target agung daripada jihad, dengan semua jenisnya, tingkatanya, dan media jihad itu, adalah mendirikan komunitas masyarakat yang Islami, yang berdiri atas Ma'rifat (pengetahuan) akan Allah dengan pengetahuan yang kuat dan benar. Serta atas penggambaran sempurna terhadap alam, kemanusiaan dan kehidupan, juga atas ibadah hati, fisik, dan harta yang menghantar pada Ridho Allah Ta'ala.

Dan perang tidak lain kecuali hanya media yang digunakan saat darurat, buka setiap waktu. Seperti halnya obat. Jika memang media lain tidak bisa digunakan lagi. Dan ini tertulis dalam sejarah Nabi dan para sahabat setelahnya.

Jadi, pertumpahan darah bukanlah target tetap dalam Islam, sama sekali. Dan cukuplah bukti, bahwa seluruh pertempuran di era Nabi yang terjadi sebanyak 77 kali, korban jiwa tak sampai melewati angka 1018 nyawa saja. Korban jiwa paling sedikit dalam seluruh sejarah pertempuran umat manusia sepanjang masa.

Sebagai bukti, bahwa target jihad adalah justru untuk menghidupkan jiwa dan pelaksanaan syariat, bukan justru untuk melenyapkan nyawa (sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian saudara kita karena salah memahami makna Jihad yang benar).

HADITS "ROJA'NA MIN JIHADIL ASGHOR..."

Di antara Hadits Jihad yang sering kita dengar, adalah hadist yang berbunyi (Roja'na min jihadil asghor ilal jihadil akbar. Qolu : wa maa hiya ya Rosulallah? Qola : Jihadun Nafs). Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar. Para sahabat bertanya: jihad apakah itu ya Rasul? Dijawab oleh beliau : "Jihad melawan hawa nafsu".

Dalam kitab "Kasyful Khofa' " dijelaskan, bahwa status hadist ini adalah Dho'if, lemah. Dengan beberapa riwayat yang serupa.

Namun yang disayangkan adalah klaim sebagian orang, bahwa hadits ini sengaja digembor-gemborkan untuk melemahkan jihad perang yang katanya adalah jihad yang paling besar. Yang menggunakan hadits lemah ini untuk tujuan memblok jihad perang pun juga sama-sama salah.

Telah kami uraikan di atas, bahwa jihad perang bukanlah jihad yang paling besar. Berdasar atas hadits hasan riwayat Imam Tirmidzi, tetapi jihad perang adalah jihad yang paling berat secara fisik, ini yang harus kita garis bawahi, karena mempertaruhkan raga dan nyawa.

Akhir catatan, semoga pemahaman kita tentang jihad sedikit bertambah. Juga tahu dan bisa menempatkan posisi bagaimana menanggapi jihad perang yang sebenarnya. Dan bisa berdiri di tengah-tengah. Tidak masuk golongan orang yang begitu apriori dan antipati juga alergi terhadap jihad. Dan tak masuk pada golongan yang sedikit-sedikit selalu berteriak jihad tanpa tahu situasi dan kondisi kapan jihad perang itu dilakukan..

Wallahul Musta'an (*)

*) referensi : Fiqhus Siroh (Dr. Sa'id Ramadhan al-Buthi), Aunul Murid Syarh Jauharotut Tauhid (Abdul Karim Tattan), Kasyful Khofa' wa Muzilul ilbas (al-ajaluni)

Terima kasih pada Ukhti Jazimah al-Muhyi atas masukan idenya.

by.Ust.Ameer Qolawun

Senin, 06 Desember 2010



Selamat Tahun Baru Hijriyah
Tahun Baru Hijriyah adalah suatu kultur umat Islam yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram, bulan pertama dalam kalender Islam. Tahun Baru Hijriyah yang ditandai dengan hijrahnya Rasulullah SAW dari kota Mekkah yang banyak didiami kaum Quraish ke kota Madinah. Kaum Quraish di kota Mekkah pada saat itu sangat menentang ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW yaitu Islam. Penentangan keras yang dilakukan oleh kaum Quraish yang cenderung menggunakan kekerasan membuat Rasulullah SAW mengambil keputusan untuk hijarah ke kota Madinah dimana penduduk Madinah lebih toleran terhadap kehadiran Rasulullah SAW dan ajaran Islam.

Di kota Madinah inilah Rasulullah melakukan syiar Islam dan berkembang dengan pesatnya (yang nantinya Madinah menjadi pusat kegiatan Islam di tanah Arab). Setiap Tahun Baru Hijriyah didahului oleh dua peristiwa penting, yaitu satu Syawal sebagai akhir puasa (Idul Fitri) dan 10 Zulhijah pelaksanaan ibadah haji (Idul Adha). Baik Idul Fitri maupun Idul Adha kalau diamati lebih dalam, memiliki makna dan hubungan yang erat dengan satu Muharam. Setelah keduanya dapat ditaklukkan, berarti kita sudah siap hijrah ke tahun berikutnya. Dengan demikian, ketika menyambut satu Muharam, kita memulai kegiatan dengan bekal yang matang, program yang jelas, dan penuh dengan rasa percaya diri. Sungguh maha bijak Tuhan yang mengatur urutan-urutan itu, yakni perintah haji setelah puasa dan Hijrah setelah puasa dan haji. Namun, maknanya, tentu lebih berbahagia orang-orang yang membekali dirinya dengan kebijakan tersebut, yaitu pengendalian nafsu dan tahan akan godaan setan. Memaknai Konsep Hijrah Hijrah pada zaman Nabi bukanlah semudah yang disangka.

Beliau berhijrah akibat ancaman kaum Musyrikin yang menentang dakwah Nabi dan juga mengancam nyawa orang-orang yang mengikuti ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. “Jangan takut dan jangan bersedih! Sesungguhnya Allah bersama kita.” Itulah kata-kata semangat yang diberi oleh Rasulullah SAW kepada sahabat baginda, Abu Bakar as-Siddiq ketika berhadapan dengan berbagai halangan dan ancaman dalam perjalanan dari kota Mekah ke kota Madinah.

Sesungguhnya proses hijrah tsb menuntut kesabaran dan keberanian yang tinggi. Peristiwa hijrah juga memberikan gambaran kepada umat Islam bahwa bumi Allah SWT tidaklah sempit untuk mereka hidup dan menikmati apa yang telah disediakan oleh Allah SWT untuk orang-orang yang beriman.

Ini jelas termaktub dalam Al-Qur’an surah Az-Zumar, ayat 10:

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu’. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas“.

Selain menghindari ancaman, hijrah Nabi juga merupakan usaha baginda mewujudkan satu rangkaian kerjasama untuk membangun masyarakat baru di sebuah kota yang lebih aman. Sebagai umat Islam, kita perlu merenung kembali situasi masa itu. Adakah kita telah memainkan peranan yang sepantasnya didalam mempertahankan dan mengembangkan Islam sebaik-baiknya, atau bahkan melemahkan tiang agama tsb dengan melupakan tanggungjawab dan peranan kita sebagai umat Islam? Peristiwa hijrah memberitahukan kepada kita bahwa nasib setiap individu / kaum hanya bisa diubah oleh diri kita sendiri / kaum itu sendiri.

Islam juga tidak suka kepada umatnya yang hanya berdiam diri dan menunggu sesuatu mengubah nasib mereka. Karena itu Allah SWT memberikan ujian kepada hamba2-Nya demi melihat bagaimana mereka menghadapi ujian itu sebagaimana yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan pengikut-2-nya.

Allah SWT berfirman dalam surah Ar-Ra’ad ayat 11:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW, salah satunya adalah usaha meninggalkan semua unsur kejelekan yang ada dalam diri setiap manusia kepada nilai-nilai kebaikan seperti yang dituntut oleh Islam melalui konsep “amal ma’aruf nahi munkar“, yaitu melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT. Selain itu, hijrah juga membawa arti meninggalkan suasana kesempitan dan kegelapan menuju satu keadaan yang terang benderang. Hal ini bisa dikaitkan dengan usaha menambah ilmu pengetahuan dan mempelajari masalah-2 baru yang bermanfaat bukan saja untuk diri sendiri melainkan juga untuk agama, bangsa dan negara.

Hijrah ini manfaatnya amat besar, dengan berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan, kita dapat mengubah hidup lebih baik dan selanjutnya menjadi umat Islam yang kuat dan khalifah dimuka bumi. Islam menuntut umatnya berhijrah dari kelemahan kepada kekuatan terutama aspek keimanan, karena keimanan kepada Allah SWT akan melahirkan masyarakat Islam yang kokoh dari aspek ekonomi, politik, sosial, pendidikan dan sebagainya. Hijrah yang seperti ini harus dilakukan dengan sempurna dan sepenuh hati karena hijrah menjanjikan kehidupan yang sempurna dan bahagia di dunia dan akhirat.

– dikutip dari berbagai sumber –

Sekarang dan Masa Depan


Segala puji bagi Allah, Yang merajai pada hari pembalasan. Salawat dan keselamatan semoga selalu terlimpah kepada Rasul akhir zaman, yang mengajak meniti jalan yang lurus menuju negeri keabadian yang dengan penuh kenikmatan.Amma ba’du.

Seringkali kita tertipu oleh pandangan sekilas. Sesuatu -yang belum jelas- menjadi tergambar indah dan menyenangkan dengan sekilas pandangan, padahal hanya sekilas saja. Namun, kalau diteliti dan dicermati dampak-dampaknya serta ujung-ujungnya, maka kebalikannya justru yang dijumpai; kesedihan, penyesalan dan penderitaan berkepanjangan. Subhanallah!

Oleh sebab itu, saudaraku… kehidupan dunia dengan seabrek tipuan dan sejuta kepalsuan ini tidak selayaknya melupakan seorang muslim akan hakekat yang sebenarnya dari hidup yang dijalaninya. Kita yakini bersama, hidup kita di alam dunia ini pasti berakhir, tidak kekal selamanya. Setelah itu, kita akan memasuki alam akherat… Ya, alam pembalasan pahala atau penjatuhan hukuman! Maka, kita harus cerdik dan sabar. Cerdik dalam menyikapi segala macam kepalsuan tersebut agar kita tidak tertipu olehnya. Dan sabar dalam menahan godaan yang menggiurkan dari para penebar kebatilan.

Allah ta’ala berfirman,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“(Allah) Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian siapakah di antara kalian yang terbaik amalnya.”(QS. al-Mulk: 2).

Allah ta’ala berfirman,

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Dan kehidupan dunia tidak lain adalah kesenangan yang palsu.” (QS. al-Hadid: 20).

Allah ta’ala berfirman ,

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Katakanlah; Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. al-Jumu’ah: 8).

Allah ta’ala berfirman,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّهُ الَّذِينَ جَاهَدُواْ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga begitu saja, sementara Allah belum mengetahui (membuktikan) siapakah orang-orang yang bersungguh-sungguh di antara kalian dan mengetahui siapakah orang-orang yang bersabar.” (QS. Ali Imran: 142)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,“Keberuntungan paling besar di dunia ini adalah kamu menyibukkan dirimu di sepanjang waktu dengan perkara-perkara yang lebih utama dan lebih bermanfaat untukmu kelak di hari akherat. Bagaimana mungkin dianggap berakal, seseorang yang menjual surga demi mendapatkan sesuatu yang mengandung kesenangan hanya sesaat? Orang yang benar-benar mengerti hakekat hidup ini akan keluar dari alam dunia dalam keadaan belum bisa menuntaskan dua urusan; menangisi dirinya sendiri -akibat menuruti hawa nafsu tanpa kendali- dan menunaikan kewajiban untuk memuji Rabbnya. Apabila kamu merasa takut kepada makhluk maka kamu akan merasa gelisah karena keberadaannya dan menghindar darinya. Adapun Rabb (Allah) ta’ala, apabila kamu takut kepada-Nya niscaya kamu akan merasa tentram karena dekat dengan-Nya dan berusaha untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya.” (al-Fawa’id, hal. 34)

Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Allah membimbing kita di atas jalan-Nya- tiada bahagia tanpa takwa kepada-Nya. Sementara, takwa itu mencakup tiga tingkatan:

1. Menjaga hati dan anggota tubuh dari perbuatan dosa dan keharaman. Apabila seseorang melakukan hal ini hatinya akan tetap hidup.

2. Menjaga diri dari perkara-perkara yang makruh/dibenci. Apabila seseorang melakukan hal ini hatinya akan sehat dan kuat.

3. Menjaga diri dari berlebih-lebihan -dalam perkara mubah- dan segala urusan yang tidak penting. Apabila seseorang melakukan hal ini hatinya akan diliputi dengan kegembiraan dan sejuk dalam menjalani ketaatan (lihat al-Fawa’id, hal. 34). Allahul musta’aan.

Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi

Artikel www.muslim.or.id

Rabu, 01 Desember 2010


Makna Terorisme dalam Pandangan Islam

Fatwa Syeikh Zaid bin Muhammad bin Hady Al-Madkhaly

Dalam kitabnya yang berjudul Al-Irhab Wa Atsaruhu ‘Alal Afradi Wal Umam (Terorisme dan dampaknya terhadap individu dan umat), beliau menulis pembahasan yang sangat mengagumkan dalam menguraikan makna dan hukum terorisme. Berikut ini adalah perkataan beliau :

“Manusia dalam penggunaan kata Irhab berada pada dua kutub dan satu (yang lainnya-pen.) berada di pertengahan :

Kutub Pertama : Musuh-musuh Islam dan para Muqollid-nya (pengekornya) yang memperluas penggunaan kata irhab. Maka mulailah mereka mendengung-dengungkannya dengan berlebihan dan menggunakannya untuk setiap orang yang iltizam (berpegang teguh) pada agama Islam dari para ulama rabbany (pendidik), da’i-da’i yang memperbaiki (umat) yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebagaimana mereka juga menggunakannya untuk selain mereka (di atas) dari orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai da’i-da’i Islam akan tetapi berjalan di atas jalan-jalan kebodohan dalam mengajak manusia untuk Iltizam dengan agama Islam dan hukum-hukum syari’atnya -menurut persangkaannya-. Penggunaan umum ini kepada mereka (ulama-ulama rabbany-pen.) dan mereka (da’i-da’i sesat-pen.) tentunya tidak ditetapkan (baca : tidak diterima) oleh syari’at dan akal sehat, bahkan tidak diragukan bahwa itu adalah bentuk irhab dari mereka dengan mengatasnamakan memerangi terorisme dan menghinakan pelakunya dengan maksud untuk menjelekkan nama Islam yang agung, merendahkan derajat pemeluknya dan meremukkan hak-hak mereka sehingga para musuh (Islam) dengan slogan-slogan yang penuh tipu daya tersebut mengantarkan mereka ke target menghalangi manusia untuk masuk Islam yang tidak ada kehidupan yang baik bagi manusia di seluruh alam ini kecuali di bawah naungannya. Karena Islam adalah agama yang benar, penutup, penghapus dan pengganti dari seluruh agama yang diturunkan dari langit. Allah tidak menerima suatu agamapun dari siapapun selainnya, tidak (pula diterima) dari orang Arab, ‘Ajam (selain Arab), tidak pula Yahudi, Nashara dan tidak pula dari pemeluk agama apapun selain agama Islam yang hanif ini, dengan dalil firman Allah Ta’ala :

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلاَمُ ( آل عمران : 19 )

“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali ‘Imran : 19).

Dan firman-Nya subhanahu :

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ ( آل عمران : 85 )

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali ‘Imran : 85).

Dan sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam :

وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنُ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak ada seorangpun dari ummat (manusia) ini yang mendengar tentang saya (diutus), baik Yahudi maupun Nashara kemudian dia mati dan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti menjadi penduduk Neraka”. (HSR. Muslim no.153).

Dan sabdanya :

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ كَانَ مُوْسَى حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلاَّ أَنْ يَتَّبِعَنِيْ

“Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya seandainya (Nabi) Musa hidup, niscaya tidak ada keluasan (pilihan-ed.) baginya kecuali harus mengikutiku”. (HR. Ahmad : 3/387).

Kemudian beliau berkata : “Kutub kedua : Mereka yang ekstrim dalam menafikan (baca : meniadakan) segala bentuk irhab dan para pelakunya dengan penafian secara umum dimana mereka menganggap bahwa kalimat irhab itu hanyalah tenunan (baca : rekayasa) orang-orang Yahudi dan Nashara dan para muqollid-nya dari orang-orang sekuler dan para pengekor syahwat menurut batas ungkapan mereka.

Orang-orang yang ekstrim di dalam penafian Al-Irhab ini, mereka adalah yang tertimpa oleh musibah At-Tanzhimat (aturan-aturan) rahasia dan kelompok-kelompok Hizbiyah untuk menentang segenap pemerintah di seluruh alam Islami, sesudah mereka menganggap bahwa mereka (para pemerintah di bangsa Islam-pen.) adalah orang-orang yang sudah kafir atau fasiq lagi berbuat zhalim, karena mereka berhukum dengan selain dari apa yang diturunkan oleh Allah. Kemudian mereka bergerak dengan strategi (rencana-rencana) untuk menggulingkan pemerintah dengan menggunakan berbagai cara yang ngawur (Jawa-pen.) seperti Al-Ightiyal (pembunuhan secara rahasia) terhadap para pemerintah (penguasa) dan pejabat-pejabat pemerintahannya, peledakan di tempat-tempat umum maupun khusus sebagai bentuk penyembuhan (luka hati), balas dendam dan makar hizbiyah menurut sangkaan mereka. Dan aksi-aksi ini menyebabkan tersebarnya ketidakstabilan di dalam masyarakat, terjadinya goncangan keamanan disebabkan apa yang mereka susupkan ke tengah masyarakat dari bentuk irhab secara nyata maupun pemikiran, dan terjadilah kegoncangan pada zaman ini yang diketahui oleh kawan maupun lawan disebabkan karena kelakuan-kelakuan yang kosong dari Al-Bashirah (ilmu dan amal yang benar) dan (kosong dari) sandaran terhadap manhaj dakwah kepada Allah di atas petunjuk Nabi yang mulia.

Kemudian beliau berkata : “Dan pendapat yang pertengahan yang nampak dari nash-nash syari’at dan kaidah-kaidah ahli fiqih dari para ulama salaf yang dengan jujur mencari petunjuk dari Allah, sehingga ditunjuki oleh Allah jalan yang lurus dan mendapatkan anugerah ilmu yang bermanfaat yang membuahkan amalan sholeh di setiap zaman dan tempat dan setiap waktu dan keadaan. (Pendapat itu) adalah irhab dengan dua bentuknya (yaitu irhab nyata dan pemikiran-pen.) adalah perkara yang terjadi dan nyata dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang-orang yang memiliki penyesatan dan penipuan terhadap manusia untuk menutupi tanzhimat (aturan-aturan) jama’ah dan kelompok-kelompok hizbiyyah mereka. Dan (irhab) ada dua jenis :

(Pertama) Jenis yang disyari’atkan. Disyari’atkan menurut nash Al-Kitab dan As-Sunnah yaitu irhab terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafiqin. Adapun orang-orang kafir dengan mempersiapkan kekuatan perang untuk meng-irhab mereka dengan senjata dan meng-irhab mereka dengan ancaman yang keras sebagaimana dalam nash-nash Al-Kitab dan Sunnah. (Allah) Ta’ala berfirman :

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ … الآية.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian meng-irhab musuh Allah dan musuh kalian dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya”. (QS.Al-Anfal : 60).

Dan persiapan tersebut berasal dari negara-negara Islam yang Allah telah memuliakannya dengan diberikannya seorang wali (pemimpin) yang berhukum dengan Al-Kitab dan As-Sunnah dan telah mengangkat bendera jihad dengan seluruh makna yang terkandung dalam kalimat jihad itu ketika telah terpenuhi syarat-syaratnya dan hilang penghalang-penghalangnya. Bukan dengan cara yang ngawur yang akan menghancurkan dan tidak membangun, merusak dan tidak memperbaiki.

Adapun orang-orang munafiq, maka irhab terhadap mereka adalah dengan hujjah dan dalil sehingga tercabut hati-hati mereka hingga tenggorokan mereka, karena mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?

Dan demikian pula yang datang dari As-Sunnah yang suci tentang cara irhab orang-orang muslim, mu’min dan muhsin kepada orang-orang kafir, munafiq dan orang-orang yang sewenang-wenang (yaitu) dengan pedang, tombak, hujjah dan dalil. Dan sungguh nampak hal tersebut dalam medan peperangan yang penuh keberanian ketika bertemu di dalam medan tersebut dua pasukan ; tentara iman dan tentara besarnya orang kafir dan orang-orang yang melampaui batas sebagaimana dikenal dalam siroh (sejarah hidup) Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam dan Khulafaur Rasyidin Al-Fatihin (pembuka wilayah-wilayah Islam) dan siapa yang berjalan di atas jalannya mereka dari kalangan orang-orang yang beriman lagi berjihad dan mereka tidak mengadakan perubahan-perubahan/penggantian. Maka ini adalah perkara yang sangat jelas dimana dia tidak memerlukan banyak dalil dan penjelasan.

(Kedua) Dan jenis yang tidak diperbolehkan sama sekali, yaitu yang telah dijelaskan sebelumnya secara terperinci disertai dengan contoh dan bentuk-bentuknya yang beragam di dalam berbagai persoalan. Dan jenis inilah yang berhak untuk dinamakan dengan nama irhab (teroris-pent.) karena di dalamnya ada pemberian/penyebab timbulnya rasa takut dan menakut-nakuti baik secara langsung maupun secara ma’nawi”.

FATWA PARA ULAMA BESAR MENYIKAPI TERORISME

Melihat berbagai peristiwa teror yang terjadi di berbagai negara, apalagi hal tersebut dituduhkan identik dengan syari’at yang mulia nan suci, melihat banyaknya kebingungan di kalangan kaum muslimin akibat syubhat (kerancuan) dan racun yang disusupkan oleh musuh-musuh Islam tentang terorisme dan melihat salah “terjemah” terhadap kalimat terorisme dan salah menempatkannya. Maka kami mengangkat fatwa-fatwa para ulama besar yang merupakan lentera di tengah gulita dan kelompok yang terus-menerus menampakkan kebenaran di setiap zaman sebagaimana dalam hadits yang mutawatir, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda :

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

“Terus menerus ada sekelompok dari umatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu”.

Tulisan ini juga sebagai penjelasan hakikat syari’at Islam yang mulia dan agung.

Dan tulisan ini juga sebagai bantahan terhadap orang-orang yang penuh dengan nista pemikiran sesat dan bergelimang dengan lumpur penyimpangan yang menodai nama Islam dengan ulah terorismenya.

Dan sebagai bantahan terhadap orang-orang jahil dan bodoh yang menampilkan dirinya sebagai ahli fatwa yang berani mengucapkan statement yang mengidentikkan Islam dengan terorisme.

Dan yang lebih aneh lagi ucapan kotor ini keluar dari orang yang mengaku dirinya Ahlus Sunnah. Simak kalimatnya yang menyanjung pelaku peledakan gedung WTC dan Pentagon pada tanggal 11 September 2001 : “Serangan berani penuh kepahlawanan dari para pemuda yang kecewa dengan kecongkakan Amerika Serikat” dan simak ucapannya yang lain “Kalau ditanya kepada kami :Bagaimana serangan terhadap Amerika itu, maka kami mengatakan bahwa cara itu tidak benar menurut pandangan syari’at. Kemungkinan besar memang Usamah berada di belakang penyerangan terhadap WTC dan Pentagon. Walaupun cara bunuh diri itu salah, bagi kami sasarannya benar. Kami memberi “applaus” kepada sasaran seperti itu”.

Kami angkat tulisan ini dengan harapan mengembalikan kaum muslimin kepada agama yang lurus dan mengangkat derajat mereka di dunia dan di akhirat. Amin.

Pembagian Orang Kafir dalam Islam

Orang kafir dalam syari’at Islam ada empat macam :

Pertama : Kafir Dzimmy, yaitu orang kafir yang membayar jizyah (upeti) yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum muslimin. Kafir seperti ini tidak boleh dibunuh selama ia masih menaati peraturan-peraturan yang dikenakan kepada mereka.

Banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut diantaranya firman Allah Al-‘Aziz Al-Hakim :

قَاتِلُوا الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلاَ يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلاَ يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan shogirun (hina, rendah, patuh)”. (QS. At-Taubah : 29).

Dan dalam hadits Buraidah riwayat Muslim Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa salllam bersabda :

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمَّرَ أَمِيْرًا عَلَى جَيْشٍ أَوْ سَرِيَّةٍ أَوْصَاهُ فِيْ خَاصَّتِهِ بِتَقْوَى اللهِ وَمَنْ مَعَهُ مِنْ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرًا ثُمَّ قَالَ أُغْزُوْا بِاسْمِ اللهِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ قَاتِلُوْا مَنْ كَفَرَ بِاللهِ أُغْزُوْا وَلاَ تَغُلُّوْا وَلاَ تَغْدِرُوْا وَلاَ تُمَثِّلُوْا وَلاَ تَقْتُلُوْا وَلِيْدًا وَإِذَا لَقِيْتَ عَدُوَّكَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ فَادْعُهُمْ إِلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ فَأَيَّتُهُنَّ مَا أَجَابُوْكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلاَمِ فَإِنْ أَجَابُوْكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ فَإِنْ هُمْ أَبَوْا فَسَلْهُمُ الْجِزْيَةَ فَإِنْ هُمْ أَجَابُوْكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ فَإِنْ هُمْ أَبَوْا فَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَقَاتِلْهُمْ

“Adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa salllam apabila beliau mengangkat amir/pimpinan pasukan beliau memberikan wasiat khusus untuknya supaya bertakwa kepada Allah dan (wasiat pada) orang-orang yang bersamanya dengan kebaikan. Kemudian beliau berkata : “Berperanglah kalian di jalan Allah dengan nama Allah, bunuhlah siapa yang kafir kepada Allah, berperanglah kalian dan jangan mencuri harta rampasan perang dan janganlah mengkhianati janji dan janganlah melakukan tamtsil (mencincang atau merusak mayat) dan janganlah membunuh anak kecil dan apabila engkau berjumpa dengan musuhmu dari kaum musyrikin dakwailah mereka kepada tiga perkara, apa saja yang mereka jawab dari tiga perkara itu maka terimalah dari mereka dan tahanlah (tangan) terhadap mereka ; serulah mereka kepada Islam apabila mereka menerima maka terimalah dari mereka dan tahanlah (tangan) terhadap mereka, apabila mereka menolak maka mintalah jizyah (upeti) dari mereka dan apabila mereka memberi maka terimalah dari mereka dan tahanlah (tangan) terhadap mereka, apabila mereka menolak maka mintalah pertolongan kepada Allah kemudian perangi mereka”.

Dan dalam hadits Al-Mughiroh bin Syu’bah riwayat Bukhary beliau berkata :

أَمَرَنَا رَسُوْلُ رَبِّنَا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُقَاتِلَكُمْ حَتَّى تَعْبُدُوْا اللهَ وَحْدَهُ أَوْ تُؤَدُّوْا الْجِزْيَةَ

“Kami diperintah oleh Rasul Rabb kami shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam untuk memerangi kalian sampai kalian menyembah Allah satu-satunya atau kalian membayar Jizyah”.

Kedua : Kafir Mu’ahad, yaitu orang-orang kafir yang telah terjadi kesepakatan antara mereka dan kaum muslimin untuk tidak berperang dalam kurun waktu yang telah disepakati. Dan kafir seperti ini juga tidak boleh dibunuh sepanjang mereka menjalankan kesepakatan yang telah dibuat.

Allah Jalla Dzikruhu berfirman :

فَمَا اسْتَقَامُوا لَكُمْ فَاسْتَقِيمُوا لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ

“Maka selama mereka berlaku istiqomah terhadap kalian, hendaklah kalian berlaku istiqomah (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”. (QS. At-Taubah : 7).

Dan Allah berfirman :

إِلاَّ الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ

“Kecuali orang-orang musyrikin yang kalian telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi dari kalian sesuatu pun (dari isi perjanjian) dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kalian, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”. (QS. At-Taubah : 4).

dan Allah Jallat ‘Azhomatuhu menegaskan dalam firman-Nya :

وَإِنْ نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِيْ دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لاَ أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ

“Jika mereka merusak sumpah (janji) nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agama kalian, maka perangilah pemimpin-pemimpin kekafiran itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar supaya mereka berhenti”. (QS. At-Taubah : 12).

Dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr riwayat Bukhary :

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيْحَهَا تُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ أَرْبَعِيْنَ عَامًا

“Siapa yang membunuh kafir Mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga dan sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun”.

Ketiga : Kafir Musta’man, yaitu orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin. Kafir jenis ini juga tidak boleh dibunuh sepanjang masih berada dalam jaminan keamanan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلاَمَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَ يَعْلَمُونَ

“Dan jika seorang di antara kaum musyrikin meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia agar ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”. (QS. At-Taubah : 6).

Dan dalam hadits ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam menegaskan :

ذِمَّةُ الْمُسْلِمِيْنَ وَاحِدَةٌ يَسْعَى بِهَا أَدْنَاهُمْ

“Dzimmah (janji, jaminan keamanan dan tanggung jawab) kaum muslimin itu satu, diusahakan oleh orang yang paling bawah (sekalipun)”. (HSR. Bukhary-Muslim).

Berkata Imam An-Nawawy rahimahullah : “Yang diinginkan dengan Dzimmah di sini adalah Aman (jaminam keamanan). Maknanya bahwa Aman kaum muslimin kepada orang kafir itu adalah sah (diakui), maka siapa yang diberikan kepadanya Aman dari seorang muslim maka haram atas (muslim) yang lainnya mengganggunya sepanjang ia masih berada dalam Amannya”.

Dan dalam hadits Ummu Hani` riwayat Bukhary beliau berkata :

يَا رَسُوْلَ اللهِ زَعَمَ ابْنُ أُمِّيْ أَنَّهُ قَاتِلٌ رَجُلاً قَدْ أَجَرْتُهُ فَلاَنَ بْنَ هُبَيْرَةَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَجَرْنَا مَنْ أَجَرْتِ يَا أُمَّ هَانِئٍ

“Wahai Rasulullah anak ibuku (yaitu ‘Ali bin Abi Tholib-pen.) menyangka bahwa ia boleh membunuh orang yang telah saya lindungi (yaitu) si Fulan bin Hubairah. Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa salllam bersabda : “Kami telah lindungi orang yang engkau lindungi wahai Ummu Hani`”.

Keempat : Kafir Harby, yaitu kafir selain tiga di atas. Kafir jenis inilah yang disyari’atkan untuk diperangi dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam syari’at Islam.

Demikianlah pembagian orang kafir oleh para ulama seperti syeikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy, syeikh Ibnu ‘Utsaimin, ‘Abdullah Al-Bassam dan lain-lainnya. Dan bagi yang menelaah buku-buku fiqih dari berbagai madzhab akan menemukan benarnya pembagian ini. Wallahul Musta’an.

(Dikutip dari tulisan al Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain, judul asli Makna Terorisme Dalam Syari’at Islam dan Fatwa Para Ulama Besar Menyikapi Terorisme, URL Sumberhttp://www.an-nashihah.com/isi_berita.php?id=48 dan http://www.an-nashihah.com/isi_berita.php?id=44)


Kunci Surga Dari 8 Do'a

Do’a 1

Yaa Allah! Jadikanlah diriku sebagai orang yang benar-benar mulia dihadapanMu, Jadikan ibadahku sebagai ibadah orang-orang yang benar-benar melakukan ibadah. Jagalah aku dan tidurnya orang-orang yang lalai. Hapuskanlah dosaku Yaa Allah! Ampunilah aku dari segala dosa dosaku.

Yaa Allah! Dekatkanlah aku kepada keridloanMu, jauhkanlah aku dari kemurkaan serta balasanMu. Berilah aku kemampuan untuk membaca ayat-ayatMu dengan rahmatMu. Berikanlah aku rizki dan barokahMu, Jauhkanlah aku dari kebodohan dan kesesatan, Sediakanlah bagian untukku dari segala kebaikan yang Kau turunkan Ya Allah!

Do’a 2

Yaa Allah! Berikanlah kekuatan kepadaku untuk menegakkan perintah-perintahMu, Berilah aku manisnya bendzikir untuk selalu mengingatMu. Berilah aku kekuatan untuk menunaikan syukur kepadaMu, dengan kemuliaanMu. Dan jagalah aku dengan penjagaanMu serta perlindunganMu.

Yaa Allah! Jadikanlah aku diantara orang-orang yang memohon ampunanMu, Jadikanlah aku sebagai hambaMu yang sholeh serta jadikanlah aku diantara Auliya’Mu agar selalu dekat disisiMuYaa Allah! Janganlah Engkau hinakan aku karena perbuatan maksiat terhadapMu, Janganlah Engkau pukul aku dengan cambuk balasanMu. Jauhkanlah aku dari hal-hal yang dapat menyebabkan kemurkaanMu.

Do’a 3

Yaa Allah! Bantulah aku untuk dapat melaksanakan segala perintahMu. Jauhkanlah aku dari kelalaian dan dosa-dosa orang kafir. Berikanlah aku dzikir berupa dzikir pengingatMu. Berilah aku rizki berupa kasih sayang terhadap anak-anak yatim dan pemberian makan bagi mereka, serta penyebaran salam, dan pergaulan dengan orang-onang mulia. Jagalah diriku agar selalu dapat mengingatMu ya Allah!

Yaa Allah! Sediakanlah untukku sebagian dari rahmatMu yang luas, dan beriknalah aku petunjuk kepada ajaran- ajaranMu yang terang, Bimbinglah aku menuju kepada kerelaanMu yang penuh dengan kecintaanMu. Jadikanlah aku diantara orang-orang yang bertawakkal kepadaMu, Jadikanlah aku diantara orang- orang yang menang disisiMu, dan jadikanlah aku diantara orang-orang yang dekat kepadaMu.

Do’a 4

Yaa Allah! Tanamkanlah dalam diriku kecintaan kepada perbuatan baik, dan tanamkanlah dalam diriku kebencian terhadap kemaksiatan dan kefasikan. Jauhkanlah dariku kemurkaan-MU dan api neraka dengan pertolongan-MU, Wahai Penolong orang-orang yang meminta pertolongan. Hiasilah diriku dengan penutup dan kesucian. Tutupilah diriku dengan pakaian qana’ah dan kerelaan. Tempatkanlah aku di atas jalan keadilan dan sikap tulus. Amankanlah diriku dari setiap yang aku takuti dengan penjagaanMu.

Yaa Allah! Sucikanlah diriku dari kekotoran dan kejelekan. Berilah kesabaran padaku untuk menenima segala ketentuan. Dan berilah kemampuan kepadaku untuk bertaqwa, dan bergaul dengan orang-orang yang baik. Janganlah.Engkau hukum aku, karena kekeliruan yang kulakukan. Dan ampunilah aku dari kesalahan-kesalahan dan kebodohan. Janganlah Engkau jadikan diriku sebagai sasaran bala’ dan malapetaka.

Do’a 5

Yaa Allah! Berilah aku rizki berupa ketaatan orang-orang yang khusyu’. Dan lapangkanlah dadaku dengan taubatnya orang-orang yang menyesal. Berilah aku kemampuan untuk hidup sebagaimana kehidupan orang-orang yang baik. Dan jauhkanlah aku dari kehidupan bersama orang-orang yang jahat. Dan naungilah aku dengan rahmat-MU hingga sampai kepada alam akhirat. Tunjukkanlah aku kepada amal kebajikan dan penuhilah hajat serta cita-cita-ku.

Yaa Allah! Sadarkanlah aku akan berkah-berkah yang terdapat di saat saharnya. Dan sinarilah hatiku dengan terang cahayanya dan bimbinglah aku dan seluruh anggota tubuhku untuk dapat mengikufi ajaran-ajaranMu, Penuhilah bagianku dengan berkah-berkahnya, dan mudahkanlah jalanku menuju kebaikanMu.

Do’a 6

Yaa Allah! Bukakanlah bagiku pintu-pintu sorga dan tutupkanlah bagiku pintu-pintu neraka, dan berikanlah kemampuan padaku untuk membaca AI-Quran. Berilah aku petunjuk menuju kepada keridloan- MU. Janganlah Engkau beri jalan kepada setan untuk menguasaiku. Jadikanlah sorga bagiku sebagai tempat tinggal dan peristirahatanku kelak.

Yaa Allah! Sucikanlah aku dari dosa-dosa, dan bersihkanlah diriku dari segala aib. Tanamkanlah ketaqwaan di dalam hatiku. Bukakanlah bagiku pintu-pintu karunia-MU, turunkan untukku berkah-berkahMu. Berilah kemampuan untukku kepada penyebab-penyebab keridloan-MU, dan tempatkanlah aku di dalam sorga-MU yang luas,

Do’a 7

Yaa Allah! Aku memohon kepada-MU hal-hal yang mendatangkan keridloan-MU, dan aku berlindung kepadaMu dari hal-hal yang mendatangkan kemarahan-MU, Aku memohon kepadaMu kemampuan untuk mentaati perintahMu serta menghindari kemaksiatan tenhadapMu.

Yaa Allah! Jadikanlah usahaku sebagai usaha yang disyukuri, dan dosa-dosaku diampuni, amal perbuatan ku diterima, dan seluruh aibku ditutupi. Jadikanlah aku orang-.orang yang mencintai AuliyaMu dan memusuhi musuh-musuhMu. Jadikanlah aku pengikut sunnah-sunnah penutup NabiMu

Do’a 8

Yaa Allah! Penuhkanlah hidupku dengan amalan-amalan Sunnah, dan muliakanlah aku dengan terkabulnya semua permintaan. Dekatkanlah perantaraanku kepadaMu. Rizkikanlah kepadaku segala keutamaan, dan ubahlah perkara-perkaraku yang sulit menjadi mudah. Terimalah permintaan maafku, dan hapuskanlah dosa dan keslahanku

Yaa Allah! Jadikanlah ibadahku disertai dengan syukur dan penerima di atas jalan ridloMu, Liputilah aku dengan rahmat dan benikanlah kepadaku Taufiq dan penjagaan. Sucikanlah hatiku dan noda-noda fitnah wahai pengasih terhadap hamba-hambaNya yang Mu’min.


Cinta dalam Pandangan Islam

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada nabi dan RasulNya Muhammad sallallahu ‘alaiwasalam.

Saya berharap semoga kita semua tetap bisa mengambil hikmah dari materi kali ini. Terutama untuk diri saya pribadi.

Untuk tema materi kali ini saya ingin menyampaikan tentang “ Cinta Dalam Pandangan Islam”, diambil dari buku karangan Abdullah Nasih Ulwan

Arti Cinta

Cinta adalah persaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya hati org yg mencintai pada pihak yg dicintainya, dg semangat yg menggelora dan wajah yg selalu menampilkan keceriaan.

Cinta dlm pengertian spt ini mrpk persaaan mendasar dalam diri mns, yg tdk bisa terlepas dan merupakan sesuatu yg essensial. Dlm banyak hal, cinta muncul utk mengontrol keinginan ke arah yg lebih baik dan positif. Hal ini dpt terjadi jk org yg mencintai menjadikan cintanya sbg sarana utk meraih hasil yg baik dan mulia guna meraih kehidupan sbgmn kehidupan org2 pilihan dan suci serta org2 yg bertaqwa dan selalu berbuat baik.

Apakah Islam mengakui cinta?

Krn Islam adalah agama yg fitrah, maka Islam mengakui ttg hal ini. Hal yg sangat mendasar dalam diri manusia. Namun Islam membagi beberapa tingkatan ttg cinta.Dan tingkatan2 cinta ini akan selalu ada dalam kehidupan ini sampai saatnya bumi dan seisinya dihancurkan oleh Allah.

Adapun dasar ttg tingkatan cinta dalam Islam, adalah firman Allah pada QS. 9 (At Taubah): 24).

“Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah2 tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yg fasik”

Cinta pada tingkat tertitinggi adalah cinta kepada Allah, rasulNya dan jihad dijalanNya.

Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada ortu, anak, keluarga, pasangan dan saudara.

Adapun cinta yg paling rendah adalah cinta yg lebih mengutamakan harta, keluarga, daripada cinta kepada Allah, RasulNya dan jihad dijalanNYa.

Hikmah dari Cinta:

1. Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia. Apakah cinta itu dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada jalan yg mulia atau menghempaskannya kepada jalan yg hina.

2. Jika tidak ada cinta maka di dunia ini tidak akan ada inovasi, pembangunan dan peradaban.

3. Keberadaan cinta merupakan faktor dominan dalam melestarikan eksistensi manusia dan interaksinya dengan sesama manusia.

# Ketika cinta diarahkan kpd kebaikan, mk cinta dapat membawa keutuhan, perdamaian, kebaikan pada kehidupan bermasyarakat.

# Cinta yg ditumbuhkan oleh factor keimanan, maka akan menghasilkan berbagai hal yg mengagumkan. Dapat mengubah sejarah, menegakkan puncak kejayaan dan kemuliaan dunia. Sebagai contoh adalah kehidupan generasi muslim pada masa dahulu.

Dan masih banyak lagi hikmah yg lain dari adanya rasa cinta pada diri manusia.

Fenomena yg timbul dari tingkatan2 cinta yg ada akan menimbulkan efek yg berbeda

Pada fenomena tingkatan cinta yg tertinggi, maka akan membuat seseorg dalam hidupnya untuk selalu mendahulukan cinta kepada Allah , RasulNya dan jihad dijalannya. Dalam kehidupannya sehari2 tidak ada orientasi selain kepada Allah. Dia akan selalu merasa yakin bahwa segala sesuatu yg telah Allah tetapkan adalah yg terbaik bagi manusia Bahwa Allah lebih mengetahui daripada makhluknya. Kemudian, bagi seseorg yg sudah merasakan nikmatnya iman, maka dia akan selalu meneladani kepribadian Rasulluh, mencintai Rasululluh, kmdn dia juga akan mencintai jihad dijalanNya. Akan berjuang dengan segala apa yg dia miliki.

Firman Allah pada Qs. 28:68.

“Rabbmu menciptakan apa yg Dia kehendaki dan memilih (seorg Rasul diantara hambaNYa). Sekali2 tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan MahaTinggi dari apa yg mereka persekutukan (denganNya)

Qs. 33: 36

“Tidaklah patut bagi seorg mukmin baik laki2 maupun perempuan jika Allah dan RasulNya telah menetapkan bagi mereka suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yg lain dalam urusan mereka…”

Qs.2:140

“Apakah kalian yang lebih mengetahui ataukah Allah?…”

Qs. 2 : 282

“…dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”

Adapun dampak yg disebabkan oleh cinta tingkat menengah dalam membentuk karakter individu, keluarga, dan masyarakat telah amat nyata. Jika tidak Allah ciptakan cinta pada suami –istri maka tidak akan tercipta keluarga, tidak akan lahir anak-cucu, tidak akan terjadi proses mengasuh, mendidik dan memelihara anak.Jika tdk Allah ciptakan cinta pada anak, niscaya dalam jiwanya tidak akan ada semnagat kekeluargaan, tidak akan kokoh iktakan kekeluragannnya, tidak akan mengasihi saudaranya. Jika tdk Allah tanamkan rasa cinta pada manusia maka, mk tidak akan tercipta hubungan social antar bangsa yg dibangun atas prinsip ta’aruf (saling mengenal)

Dengan demikian cinta tingkat menengah ini amat penting untuk menciptakan kemashalatan pribadi dan keluarga khususnya dan untuk merealisasikan kemaahalatan antar bangsa dan seluruh ummat manusia pada umumnya.

Firman Allah tentang hal ini terdapat pada Qs. 49:10

“Sesungguhnya orang2 mukmin itu bersaudara…”

Qs. 49 : 13

“ Wahai manusia seseungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari jenis laki2 dan perempuandan Kami telah menjadikan kalian berbangsa2 dan bersuku2 agar kalian saling mengenal…”

Hadits riwayat Bukhari-muslim

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya .., hendaklah dia menghormati tamunya”

Dan masih banyak lagi ayat dan hadist yg menceritakan tentang hubungan antar manusia.

Fenomena Cinta tingkat rendah

Cinta jenis ini ada beberapa macam:

1. Mencintai thougut dan sesembahan selain Allah, seperti menyembah manusai, batu dsb.

Qs. 2: 165

“Diantara manusia ada orang2 yg menyembah tuhan2 selain Allah. Mereka mencintai tuhan itu sebagaimana mereka ( org2 mukmin yg mukhlis) mencintai Allah. Adapun org2 yg beriman jauh lebih besar cintanya kepada Allah (disbanding cinta org2 kafir terhadap tuhan2 mereka)…”

2. Menjalin tali kasih kepada musuh2 Allah.

Qs. 60:1

“Hai org2 yg beriman, jgnlah kalian menjadikan musuhKU dan musuh kalian sebagai teman2 setia, yg kalian sampaikan kepada mereka (rahasia org2 mukmin) karena kasih sayang (kepada mereka), padahal sebenarnya mereka telah ingkar terhadap kebenaran (kitab dan Rasul) yg datang kepada kalian..”

3. Mengumbar syahwat dan berkubang dalam Lumpur kekejian dan kehinaan.

Qs.3:14

“Dijadikanlah indah pada (hati) manusia kecintaan kepada apa2 yg diingini, yaitu wanita2…”

4. Mencintai ayah,ibu,anak, istri, suami, keluarga, karir, tanah air melebihi cintanya kepada Allah, RasulNya dan Jihad dijalannya.

Qs.9:24.

“Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah2 tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yg fasik”

Nabi salallahu ‘alaihiwassalam bersabda:

“Tidak sempurna iman seseorg dari kalian hingga aku lebih dia cintai daripada bapak-ibunya, anaknyadan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Menuhankan hawa nafsunya,

Qs. 45:23

“ Bagaimanakah pendapatmu tentang org menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membirakannya sesat berdasarkan ilmuNya?…

Dengan demikian bagi seorang mukmin yg telah diliputi oleh manisnya iman, maka ia tidak akan rela jika dirinya diliputi oleh cinta pada tingkatan yg rendah yg akan membunuh karakter manusia dan menghancurkan kemuliaannya. Bahkan ia akan menjaga kesetiaannya hanya kepada Allah saja. Dia akan menjaga cintanya untuk tidak akan memberikannya kepada mush2 Islam, Dia akan menjaga syahwatnya, dan tidak melakukannya dijalan yg bahtil.Dia tidak akan mencintai kekayaannya, pasangan, anak, orag tuanya, keluarganya, kedudukannya melebihi cintanya kepada Allah, RasulNya dan jihad dijalanNya.

Pada akhirnya hanya diri kita sendiri yg akan menentukan pada tingkatan cinta yg mana kita berada. Dan hal ini hanya Allah dan diri kita saja yg tahu.

Semoga Allah senantiasa menjaga diri kita agar tidak terjebak pada cinta tingkat rendah.

oleh : Desita Purwanto